1. Dampak
Dari Diferenisasi Ras di Afrika Selatan
· Munculnya
Politik Apartheid
Pada tahun 1910 Perang Boer kedua berakhir dan Inggris berhasil
mempersatukan wilah Afrika Selatan dalam satu Uni Afrika Selatan menjadi republik
denagn presidennya Hendrik Verwoed. Verwoed yang berhasil membuat kebijakan untuk
memisahkan mayoritas orang kulit putih dan mayoritas kulit hitam justru malah menimbulkan
diskriminasi antara keduanya. Sebelum dilaksanakan Politik Apartheid sebenarnya
telah lama dilakukan hal-hal yang merupakan gejala Apartheid, antara lain :
a.
Native Land Act (Undang-undang Pertanahan Pribumi)
tahun 1913 yang melarang kulit hitam membeli tanah di luar daerah yang sudah disediakan
bagi mereka.
b.
Undang-undang Imoraitas tahun 1927 yang melarang
terjadinya perkawinan campuran antara kulit putih dengan kulit hitam atau kulit
berwarna lainnya.
Timbulnya
gejala-gejala ras diskriminasi orang-orang Belanda dari kaum kristen Kalvanis yang
pertama datang ke Afrika Selatan telah memandang penduduk pribumi kulit hitam dengan
pandangan yang rendah. Penduduk pribumi dianggap sebagai bangsa yang biadab, primitif
dan dianggap sebagai keturunan putra-putra Ham (anak kedua Nabi Nuh) yang dikutuk
oleh Tuhan untuk jadi budak. Pandangan itu yang menyebabkan terjadinya perbudakan
atas bangsa kulit hitam oleh penduduk kulit putih. Politik Apartheid dirancang
oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut bahasa resmi Afrika Selatan adalah Aparte
Ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.
Memperhatikan makna dari
arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik golongan
kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan
itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus
pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih
terhadap rakyat kulit hitam.
2. Dampak
Diferenisasi Ras di Amerika
· Peningkatan
Angka Kejahatan Berbasis Rasial
Dari jumlah kasus yang terkait dengan kejahatan
yang berdasarkan rasial dengan perincian; 19 persen akibat diskriminasi agama, 16
persen adalah diskriminasi gender dan 12 persen lainnya terkait dengan diskriminasi
etnis.
Bila menengok kondisi etnis kulit hitam di Amerika,
dapat dikatakan bahwa sikap rasial terhadap mereka punya sejarah yang cukup panjang.Pada
tahun lalu, kinerja petugas kepolisian dan hakim pengadilan daerah dalam
kasus sekolah SMU Jana menjadi contoh parahnya kasus rasial masyarakat Amerika.
Kasus Sekolah SMU Jana berawal dari percekcokan
yang terjadi antara seorang pelajar kulit putih dan kulit hitam. Pelajar kulit putih
itu mengancam lawannya dengan menggantung sebuah tali di pohon yang disimpul bak
tali yang dpersiapkan buat pesakitan hukuman mati. Masyarakat kulit hitam tidak
dapat menerima penghinaan itu. Ironisnya, petugas polisi dan hakim pengadilan setempat
bukannya menyikapi aksi rasial pelajar kulit putih, mereka malah memenjarakan pelajar
kulit hitam. Tindakan petugas polisi dan hakim pengadilan tidak dapat diterima begitu
saja. Organisasi-organisasi pembela hak-hak sipil geram dan buntutnya adalah unjuk
rasa besar-besaran. Demonstrasi massa itu akhirnya menjadi isu nasional Amerika.
3. Dampak Differenisasi Ras di Jerman Pada Masa Hitler
· Munculnya Paham Anti Semit
Nazisme muncul sebagai akibat dari Perang Dunia I.
Pada 11 November
1918 secara mengejutkan bagi
pasukan garis depan Jerman,
perang tiba-tiba berakhir. Pasukan garis depan tidak merasa dikalahkan dan mereka
heran mengapa gencatan senjata terjadi begitu cepat sehingga mereka harus segera
meninggalkan posisinya padahal mereka masih berada di wilayah musuh.[5] Mitos yang berkembang di antara
para prajurit Jerman yang menyerah ini adalah bahwa mereka telah "ditikam dari
belakang." Bahwa pasukan garis depan dan 2 juta rakyat Jerman tewas selama
perang telah dikhianati oleh kelompok Marxis dan Yahudi yang telah memunculkan
perbedaan pendapat di negara mereka.
Di Jerman, politik terbagi menjadi 2 kutub, Konservatif
dan Sosialis;
masing-masing kelompok menjadi radikal pada masa krisis. Situasi semakin bertambah
buruk dengan munculnya gerakan Republik Soviet München,
sebuah upaya untuk menciptakan pemerintahan bergaya Soviet
yang dikobarkan oleh kelompok sayap kiri Raterepublik di Munich. Tentara pemerintah
diturunkan untuk menumpas pemberontakan tersebut dan pecahlah pertempuran terbuka
di jalan-jalan Munich. Lebih dari 500 orang terbunuh. Tentara didukung oleh Freikorps,
prajurit bayaran sayap kanan yang dibiayai oleh pemerintah.Freikorps benar-benar
menjalankan tugasnya, mereka membantai orang-orang yang mereka anggap sebagai anggota
Raterepublik dan berhasil menumpas pemberontakan itu.
Pransangka anti-Semit
di kelompok kanan semakin diperkuat oleh kenyataan bahwa pimpinan Raterepublik sebagian
besar adalah orang Yahudi,
sehingga terkuaklah fakta bahwa Bolshevisme
(komunis) dan Yudaisme
pada adalah dasarnya sama. Maka sikap untuk anti Yahudi kemudian berkembang luas.
4.
Dampak Diferenisasi Ras di Indonesia Pada Masa Orde Lama dan Orde
Baru terhadap Etnis Cina
· Orde Lama
Pada jaman orde lama hubungan antara Indonesia
dengan Cina sangat mesra, sampai-sampai tercipta hubungan politik Poros Jakarta-Peking.
Pada waktu itu (PKI). Pada tahun 1946 Konsul Jendral Pem. Nasionalis Tiongkok, Chiang
Chia Tung (itu waktu belum ada RRT) dengan Bung Karno datang ke Malang dan menyatakan
Tiongkok sebagai salah satu 5 negara besar (one of the big five) berdiri dibelakang
Republik Indonesia. Orang Tionghoa mendapat sorakan khalayak ramai sebagai kawan
seperjuangan. Di stadion Solo olahragawan Tony Wen dengan isterinya (bintang film
Tionghoa) menyeruhkan untuk membentuk barisan berani mati (cibaku-tai, kamikaze)
melawan Belanda dan sesuai contoh batalyon Nisei generasi ke II Jepang di USA yang
ikut dalam perang dunia ke II, di Malang ingin didirikan batalyon Tionghoa berdampingan
dengan lain-lain kesatuan bersenjata seperti Laskar Rakyat, Pesindo, Kris (gol.
Menado), Trip (pelajar) dsb. Pimpinan Tionghoa kuatir provokasi kolonial dapat menimbulkan
bentrokan bersenjata dengan kesatuan Pribumi. Mereka menolak pembentukan batalyon
tsb. Orang-orang Tionghoa yang ingin ikut melawan Belanda dianjurkan untuk masing-masing
masuk kesatuan-kesatuan Pribumi menurut kecocokan pribadi.
· Orde Baru
Orde lama yang memberi
ruang adanya partai Komunis di Indonesia dan orde baru yang membasmi keberadaan
Komunis di Indonesia. Bersamaan dengan perubahan politik itu rezim Orde Baru melarang
segala sesuatu yang berbau Cina. Segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat
Cina tidak boleh dilakukan lagi. Hal ini dituangkan ke dalam Instruksi Presiden
(Inpres) No.14 tahun 1967. Di samping itu, masyarakat keturunan Cina dicurigai masih
memiliki ikatan yang kuat dengan tanah leluhurnya dan rasa nasionalisme mereka terhadap
Negara Indonesia diragukan. Akibatnya, keluarlah kebijakan yang sangat diskriminatif
terhadap masyarakat keturunan Cina baik dalam bidang politik maupun sosial budaya.
Misalnya semua sekolah Tionghoa dilarang di Indonesia.
Sejak saat itu semua anak Tionghoa Indonesia harus menerima pendidikan seperti anak
orang Indonesia yang lain secara nasional. Bahkan pada jaman orde baru tersebut
ada larangan menggunakan istilah atau nama Tionghoa untuk toko atau perusahaan,
bahasa Tionghoa sama sekali dilarang untuk diajarkan dalam bentuk formal atau informal.
Dampak dari kebijakan orde baru ini selama 30 tahun masyarakat Tionghoa Indonesia
tidak dapat menikmati kebudayaan mereka
sendiri. Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian
Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa
Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan
sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis
dengan bahasa Mandarin.
5. Dampak Diferenisasi Ras di Australia
· Pemerintah Australia
juga memperlakukan suku Aborigin dengan sangat buruk. Kebebasan orang-orang
Aborigin untuk bersosialisasi sangat dibatasi dan hak-haknya tidak diakui.
· Di Tasmania, konflik
antara pemukim dari Eropa dengan suku Aborigin kian memanas, sehingga
pemerintah kolonialis menyatakan pembantaian terhadap orang-orang Aborigin.
Mereka dibunuh dengan membabi buta tanpa pandang bulu, baik menggunakan
senjata-senjata tajam maupun dengan menularkan berbagai penyakit baru yang
dibawa bangsa kolonialis dari Eropa, seperti: influenza, cacar, campak, batuk
rejan dan raja singa.
· Hingga sekitar tahun
1915, gubernur dan pemerintah federal Australia berusaha untuk mengucilkan
orang-orang Aborigin yang masih tersisa dan menghilangkan kebudayaan asli
Aborigin dengan embel-embel program asimilasi, yaitu dengan mengawinkan
orang-orang Aborigin dengan penduduk berkulit putih. Mereka terancam untuk
dibunuh jika tidak mau ikut berpartisipasi dalam program tersebut.
YouTube - YouTube Live - Videosl
BalasHapusYouTube Live - Videosl.cc. Live Videosl.com has been offering live youtube mp3 video clips worrione of videodl celebrities, celebrities and celebrities since 2010. Watch your clips and explore